Senin, 20 Juni 2016

JAMUR-JAMUR DI KAMAR MANDI



Sumber gambar: @r3dcarra


Beberapa pekan belakangan, Bimo kerap mengamati pertumbuhan jamur di pojok kamar mandi. Semula jamur-jamur itu hanya seukuran pentol korek, tetapi kian hari kelopak-kelopak berwarna putih kekuning-kuningan itu semakin memekar, dan sekarang sudah melebihi ukuran telapak tangannya. Tumbuhan itu bergerombol di antara lumut yang menempel di dinding bak mandi.

Bimo berjongkok, mulai memetiki seluruh jamur di sana, lalu mewadahinya dengan baskom yang memang sengaja ia bawa.

"Akhirnya ... hari ini aku akan makan enak," senyumnya senang, membawa seluruh jamurnya menuju dapur.


(Pesta Fiksi 04-nya Mbak Carolina Ratri)

Rabu, 15 Juni 2016

JANGAN BILANG SIAPA-SIAPA


Pacarku menginap di rumah. Mom tidak masalah. Ia pikir, kami hanyalah sepasang kekasih yang masih menggebu-gebu, seperti dirinya dulu. Mom salah. Aku dan Jason bahkan belum pernah melakukan 'itu'. Aku hanya senang ngobrol dengannya dan kami bercerita tentang banyak hal sampai larut malam.

Paginya aku ke grocery, karena persediaan telur dan susu di kulkas sudah habis. Jason masih tidur, jadi kuajak Molly, anjingku, untuk menemani.

Sekembalinya ke rumah, aku meletakkan belanjaan di dapur, lalu mengajak Molly untuk membangunkan Jason. Saat kami melewati kamar Mom, aku mendengar erangan dari dalam sana. Dengan gemetar, kukuak sedikit pintu yang tak terkunci.

Di sana, di atas ranjang, kulihat Mom bersetubuh dengan pacarku ... Jason.


(Pesta Fiksi 04-nya Mbak Carolina Ratri)


 Sumber Gambar: @r3dcarra


LELAKI SENJA

Saya benci kakek. Beberapa tahun belakangan, saat kesehatannya mulai menurun dan ingatannya sudah sangat payah, ia menjadi orang yang sangat merepotkan. Setiap menit, suaranya yang parau selalu menggigiti gendang telinga saya dengan permintaan agar saya membantunya ke kamar mandi, mengambilkan sesuatu, atau mencarikan barang yang ia lupa di mana meletakkannya. Saya mulai bosan, atau lebih tepatnya lelah. Saya berpikir, sudah saatnya saya melakukan sesuatu.

Suatu hari saya membawanya dengan kursi roda keluar rumah.

"Kita akan menikmati senja, Kek."

Sengaja saya membuat agar suara saya terdengar riang, bahagia, mencoba menularkan perasaan yang sama ke dinding hatinya. Kakek pun mengangguk senang.

Tibalah kami di sebuah danau, menikmati saat sang surya mulai tenggelam perlahan ke permukaannya. Saya menunggu, sampai seluruh tubuh mentari terlahap ke dasar air. Dan ketika itu terjadi, saat seluruh warna di sekeliling saya berubah menjadi hitam, saya pun mendorong kursi roda kakek ke arah danau. Melepasnya tenggelam bersama senja.


(Pesta Fiksi 04-nya Mbak Carolina Ratri)
 

Sumber gambar: @r3dcarra

Jumat, 10 Juni 2016

MATA-MATA YANG BERSEMBUNYI

Mama melarangku bermain di ladang jagung sendirian. Kata mama, di sana ada mata-mata yang bersembunyi. Makhluk bawah tanah bertubuh bulat pendek dengan ekor berbulu halus seperti milik tikus, yang gemar sekali aroma tubuh anak kecil.

"Mereka akan mengendap-endap, lantas seketika menyergap saat kau lengah, dan menjadikanmu pelayan mereka di dunia bawah tanah. Tak pernah ada anak kecil yang berhasil melarikan diri dari sana."

Aku tahu mama hanya menakut-nakuti, tapi aku tidak takut. Aku adalah gadis pemberani.

Dan di sinilah aku. Di ladang jagung. Mencicipi aroma daun-daun mudanya yang berterbangan dibawa angin, berlarian menembusi pokok-pokok jagung yang seolah tak berjarak, memetik buah-buahnya yang telah masak sebagai hadiah untuk mama.

Aku terlalu asyik sampai tak menyadari  mata-mata bersembunyi yang dikatakan mama sungguhan datang. Mereka menyergapku dari segala penjuru, tapi ternyata tidak membawaku ke dunia bawah tanah.

Mereka ... bergantian menggeram di atas tubuhku.


(Pesta Fiksi 04-nya Mbak Carolina Ratri)


Sumber gambar:@r3dcarra

Rabu, 08 Juni 2016

PUISI - DI UJUNG PERJALANAN

Seperti selesat lembing yang kau lontarkan tepat mengoyak dada, memaksa rapalan doa doa tentang lebamnya perjalanan merangkak keluar dan mencari tujuannya sendiri

/adalah aku, cinta yang berhuma pada lereng terjal hatimu/

Padahal telah kau lesapkan senandung mimpi mimpi di pusara batin; sabana biru, aku kamu
Lalu memerih sudah, serta merta menghilang tatkala kesunyian adalah pilihan yang kau dentumkan ke jantung prahara

/berkabut mata yang menyunggi harapannya di pucuk nestapa/

"Mari menjadi bosan," katamu

Pernah cinta sebagai kuntum mekar memenuhi cuping hidung dengan semerbak asmaradana
Pernah cinta menjelma isak di sudut mata sebelum jatuh ke pangkuan sebagai genang
Pernah cinta begitu sumuk menerka nerka gelora yang tersesat tak lagi punya makna

"Mari sudahi saja," pintamu

Lalu mulai membakar almanak almanak merah muda berisi perjalanan yang telah ngilu menanggung luka dukana


(Event-nya Nona Reni, Terminologi Cinta)

PUISI - SEPENGGAL KISAH RINDU

Di ikal rambutmu yang menyimpan temaram senja, adakah kerinduan sanggup kau sibakkan?

Pernah engkau datang sebagai getir ombak memecah badai rinduku yang bersembunyi di retakan karang
Sebelum pasang laut menyergap dalam gelap, mencuri sepenggal kisah kita yang tersisa

Di tepian lautmu kini aku menunggu menjadi buih, berharap mampu kujilati kerinduan yang menjejak di sela-sela kakimu

Tangsel, 26 Februari 2015


(Event Penerbit Imajinasi Sastra, Sepenggal Rindu Dalam Kotak Imajinasi)

Selasa, 07 Juni 2016

DISTIKON - PERJALANAN

Sepanjang perjalanan yang pekat
Kutasbihkan harap saat jarak menyekat

Jiwa-jiwa kerontang khianati tuannya
Dada membisu melupa syairnya

Air mata tertumpuk di ujung sajadah
Tak lagi luah saat tangan tengadah

Jalan pulang kian jauh menghitam
Langkah terhenti di sudut kelam

Rie||2015