Bapakku,
Di punggungnya ia menjala matahari menjadi ketabahannya yang sangat
Di punggungnya ia menjala matahari menjadi ketabahannya yang sangat
Berkerau guguran air mata ia kumpulkan menjadi musim semi; aku bertunas dari aliran tanah dan air di sela-sela jemarinya, tanak di rahim ibu
Saat langit memekar, terompah bapakku berderap sepanjang pesisir. Angin dan debu menjadi hulubalang, menebah renta langkah di gorong-gorong perjalanan
Meski kerap terjungkal bapakku bangkit kembali, mengokang popor kesungguhan dengan beribu mesiu ketulusan, mencambuki diri berkali berperih-perih sendiri demi kami, anak istri
Bapakku,
Walau rambut telah menyemai salju, lembing mata hilang peluru, tapak-tapak cadasnya mulai berlumut dicekoki benalu, tapi ia masih mampu memanggul karang ke puncak mercusuar
Walau rambut telah menyemai salju, lembing mata hilang peluru, tapak-tapak cadasnya mulai berlumut dicekoki benalu, tapi ia masih mampu memanggul karang ke puncak mercusuar
Aku pastikan, ia pun masih sanggup menyunggi letusan merapi di atas kepalanya
Rie||2015
(Event Ayah LovRinz telat kirim)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar