Senin, 11 Juli 2016

AYAH YANG TAK PERNAH ADA

Cover by LovRinz Publishing


Ibu adalah perempuan terkuat yang pernah aku kenal sepanjang hidupku. Bayangkan saja, dulu saat melahirkanku ke dunia, ibu harus mengalami ujian berat. Ayah pergi dari kami demi perempuan lain, padahal saat itu ibu masih terbaring lemah setelah proses persalinan yang melelahkan. Tak cukup hanya itu, ibu masih harus mencari tempat tinggal baru untuk dirinya dan juga aku, bayi yang baru saja dilahirkannya, karena ia terusir dari tempat tinggal yang lama.

Ya, memang ibu hanya menumpang saja di sana. Ia dan ayah tak punya tempat tinggal tetap, hingga harus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Kadang-kadang mereka mendiami pinggir bantaran sungai, di lain kesempatan mereka menghuni lorong-lorong pasar kala malam, rumah-rumah penduduk, emperan toko, di mana pun, sebelum akhirnya harus pergi karena orang-orang yang tidak sudi rumahnya dihuni mereka.

Tak ada air mata. Sedikit pun tak kulihat anak sungai mengalir di sepasang mata tua ibu, saat menceritakan tentang kenangan pedih masa kecilku dulu. Aku yang salah. Aku yang memaksa ibu membangkitkan kisah sedih itu, karena aku ingin tahu di mana ayah. Ibu memang tak sekalipun pernah menyebut perihal lelaki itu. Mungkin hati ibu sudah terluka terlalu dalam, ditinggalkan suami demi perempuan lain di saat hamil besar dan akan melahirkan, terpaksa harus mengurus dan membesarkan aku seorang diri tanpa seorang kepala keluarga yang melindungi.

Ya, sejujurnya kami sangat butuh perlindungan seorang lelaki. Aku butuh ayah! Itulah sebabnya aku bertanya pada ibu ke mana perginya lelaki itu. Seandainya ayah ada, ibu tak akan kesakitan seperti saat ini, setelah menyelamatkan diriku dari gangguan hidung belang. Ibu sudah terlalu tua untuk melawan, tapi ia paksakan juga untuk menyerang pejantan yang ingin menggagahiku. Ibu terluka, tapi aku selamat. Setidaknya untuk saat ini, entahlah bila nanti ada pejantan lain yang mencoba mengusikku. Tanpa ayah, kami harus melindungi diri sendiri. Aku masih terlalu muda, belum terlalu tangguh melawan. Tetapi ibuku, sore tadi dalam keadaan lemah dan nyaris kalah, ia masih berusaha bangkit, menajamkan kembali kukunya, dan melompat menyerang sambil berteriak lantang, "Miaauuww ...!"

Hari ini kami selamat meski tubuh ibu penuh lika-luka, entah esok hari. Kami butuh perlindungan seorang lelaki. Aku butuh ayah.



Tangsel, 10 Juli 2016


(Event FF untuk Novelnya Elfi Ratna Sari, Seribu Kepak Sayap Patahmu)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar