Senin, 14 Desember 2015

FLASH FICTION - WANITA BERGAUN MERAH

Aku berkeliling sekali lagi untuk memastikan tak ada pengunjung yang masih berada di area museum. Terkadang ada saja yang nakal, memanfaatkan lorong-lorong gelapnya sebagai tempat berasyik masyuk walaupun telah diingatkan oleh penjaga keamanan. Aku salah satunya.

"Heh, siapa di situ?!"

Benar saja, kulihat sekelebat tubuh berjalan melewati deretan lukisan di blok G.

"Waktu berkunjung sudah habis, Nona," tegurku setelah berhasil mengejar orang yang tadi kulihat.

Kuedarkan pandang, mungkin saja ia bersama kekasihnya, tapi sepertinya ia sendirian. Wanita itu berbalik dan seketika aku tertegun. Wajah orientalnya cantik sekali.

"Pongo ...." [1] Ia berucap lirih.

"Maaf Nona, saya tidak mengerti maksud Anda," jawabku bingung.

Ia mengulangi perkataannya, lalu berbalik dan berjalan sepanjang lorong museum.

"Nona, Anda mau ke mana?!" teriakku lantang.

Ia tak menjawab, tapi gaun merah sutranya, dengan detil bunga-bunga kecil berwarna keemasan yang melambai-lambai, seakan memintaku mengikuti. Aku pun menjajari langkahnya, hingga kami sampai di bagian belakang museum.

"Pongo emkoi." [2]

Wanita itu memperlihatkan pergelangan tangannya yang kosong, lalu menunjuk ke arah sumur tua, yang terdapat di bangunan tambahan yang terpisah dari bangunan induk.

"Ge-lang? Gelangmu jatuh ke dalam sana?"

"Hoak, am." [3]

Seulas senyum hinggap di bibir mungilnya. Sepertinya ia senang, aku paham maksudnya.

"Tunggu sebentar."

Kulongokkan kepala ke dalam sumur, mengarahkan senter yang kubawa hingga cahayanya memantul di permukaan air yang hitam.

"Besok saja kita cari, gelap sekali di dalam sini," gumamku.

Tiba-tiba, satu kesadaran menyergap otakku. Wanita muda? Tengah malam? Hawa dingin merayap di punggungku, secepat kilat aku berbalik. Wanita itu ... matanya kini hanya merupakan lubang hitam!

"Ko cosam lei ...!" [4] lengkingnya tajam, bersamaan kedua tangannya yang menyerupai cakar elang, mendorongku ke dalam sumur.

"Aaahhh ...!" jeritku panjang.

Tubuhku meluncur cepat. Tangan yang tak nampak menampar-nampar kedua pipiku.

"Woooyyy ... bangun, Ndro! Banguuunn ...!"

Aku tergeragap. Peluh membanjiri seluruh tubuhku. Mana wanita tadi? Kualihkan pandang ke seluruh penjuru.

"Lo ... li-liat cewek, yang sama gue, nggak?" tanyaku terbata.

"Cewek? Elo tuh tiduuurr ...! Barusan aja teriak-teriak, jadinya gue tabok." Dika, temanku terkekeh, "makanya, waktunya jaga jangan molor, jadi mimpi aneh-aneh."

Aku hanya terdiam tak percaya, sambil mengelus-elus pipiku yang masih terasa panas.

~end~

Catatan kaki:

[1] Tolong
[2] Tolong bantu saya
[3] Iya, benar
[4] Matilah kau

Ilustrasi gambar: www.pinterest.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar