Senin, 02 November 2015

PADA SEBUAH DIAM III

pada sebuah diam, nada nada menjadi kerontang dalam ingatan yang legam. tak ada lagi ruang untuk bercengkerama tentang hujan dan retak retak tanah yang dulu kita ketahui sebagai sepasang kekasih. hujan lebih sering meluapkan dirinya hingga mengalir menuju sungai sungai yang akhirnya bermuara ke laut, enggan menyelusup ke celah celah tanah yang semula menampung kerinduannya namun kini mulai berpaling pada angin.

"terbangkanlah aku, angin, biar kuluruh menjadi debu karena hujan tak lagi menginginkanku," pintanya.

lalu angin mengembuskannya kuat kuat sampai seluruh tubuhnya menyerpih menjadi sahara dan tiba di sebuah daratan dengan tebing gamping di salah satu sisinya dan samudera di sisi lainnya. lalu tanah yang telah menjadi sahara melipat sepinya dalam diam yang diam diam merayap datang.

sesekali ia akan memandang samudera mencari jejak sang hujan, namun seketika ia akan berpaling dan menyembunyikan air matanya di sudut sudut tajam tebing gamping. "ahh, bukankah ia telah melupakan ...," bisiknya pada desir angin sebelum ia kembali melipat hening sepinya, pada sebuah diam.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar