Senin, 26 Oktober 2015

PUISI - DIA BAPAKKU

Bapakku,
Di punggungnya ia menjala matahari menjadi ketabahannya yang sangat

Berkerau guguran air mata ia kumpulkan menjadi musim semi; aku bertunas dari aliran tanah dan air di sela-sela jemarinya, tanak di rahim ibu

Saat langit memekar, terompah bapakku berderap sepanjang pesisir. Angin dan debu menjadi hulubalang, menebah renta langkah di gorong-gorong perjalanan

Meski kerap terjungkal bapakku bangkit kembali, mengokang popor kesungguhan dengan beribu mesiu ketulusan, mencambuki diri berkali berperih-perih sendiri demi kami, anak istri

Bapakku,
Walau rambut telah menyemai salju, lembing mata hilang peluru, tapak-tapak cadasnya mulai berlumut dicekoki benalu, tapi ia masih mampu memanggul karang ke puncak mercusuar
 
Aku pastikan, ia pun masih sanggup menyunggi letusan merapi di atas kepalanya


Rie||2015


(Event Ayah LovRinz telat kirim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar