Kamis, 24 September 2015

RAHASIA RUMAH KOSONG

"Masak sih, kayak apa setannya?"

"Kuntilanak nge-pink yang nongol lagi?"

"Genderuwo ijo kayak minggu kemarin, bukan?"

"Lo sampe ngompol gak liatnya?"

Pertanyaan teman-temannya yang bertubi-tubi membuat Rojak kewalahan untuk menjawab.

"Tunggu ... tunggu, gue bingung jawabnya kalo gini!" teriaknya, "yang pasti tuh setan sempet nabok pipi gue, liat niih ...." Rojak pun memamerkan pipinya yang kebiruan.

"Iih, sadis! Berarti kita gak bisa main bola di rumah kosong ini lagi, dong?" Imran yang paling tengil angkat bicara.

"Udah dua mingguan si Rojak mulu yang diganggu, jangan-jangan besok giliran kita." Pita, satu-satunya cewek di kelompok Rojak, bergidik ngeri.

"Hmm ... ya udah, mulai besok kita pindah main bolanya di lapangan belakang rumah Pakde Miko," putus Anji, yang paling dituakan di kelompok.

"Serem ah, Pakde Miko kan galak. Inget gak waktu bola kita masuk pekarangannya?"

"Serem mana, Dun, sama ditabok jurig?!" Arya ikut berkomentar, "udah deh, sekarang juga kita cabut dari sini. Tengkuk gue jadi merinding disko, nih!"

Rombongan teman-teman Rojak pun bangkit berdiri setelah diskusi kecil mereka di depan pagar rumah kosong, urung main bola di pekarangan luas rumah itu.

"Gue nanti nyusul ke lapangan, ngambil sendal gue dulu yang ketinggalan!" teriak Rojak.

"Masih berani lo?" tanya Midun heran.

"Takut sih, tapi gimana lagi, tuh sendal baru dibeliin mama, tar ditanyain lagi."

Midun tak bertanya lagi, langsung berlari mengejar teman-temannya yang telah jauh.

Pelan-pelan Rojak membuka pintu pagar rumah kosong, terdengar derit dari engsel pintu yang telah berkarat. Ditariknya napas dalam-dalam lalu bergegas menuju halaman belakang. Langkahnya tergesa-gesa, sesekali ia menengok ke belakang karena merasa ada yang mengawasi. Tiba-tiba ....

"Dek!"

"Aaahhh ...!" jerit Rojak tertahan.

"Aduuh, maaf Dek, ndak maksud ngagetin je. Cuma mau ngasihken sendalnya yang tadi disuruh umpetin. Wis muleh kabeh kanca-kancamu, toh?"

"Gak ngerti ah, maksud Pakde."

"Sudah pulang semua kawan-kawanmu?"

"Iya De, pindah ke lapangan Pakde Miko. Pakde gak usah takut ketahuan lagi. Mulai hari ini kita gak akan main di sini."

"Matur nuwun sanget, eeh , makasih banyak, Dek."

"Sama-sama, Pakde. Semoga cepet dapat kontrakan yang layak, gak tinggal di rumah yang udah mau rubuh kayak gini."

"Aamiin."

Setelah mengucapkan salam, Rojak pun berlalu pergi. Merasa bersyukur dapat membantu Pakde Cahyo, penjual bakso di dekat sekolahnya yang kiosnya kebakaran beberapa waktu lalu.

Semua rekayasanya tentang kuntilanak nge-pink, genderuwo ijo, hanyalah caranya agar teman-temannya tak mengetahui keberadaan Pakde Cahyo, karena tinggal di rumah kosong itu tanpa ijin dari RT setempat.

"Gak sia-sia ikut Komunitas Make Over," lirih Rojak berucap yang ditujukan untuk dirinya sendiri sambil mengusap pipinya yang kebiruan, hasil riasannya sendiri.

~selesai~

(Sumber gambar: Twitter)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar